Perhitungan Saham
Misal saham A bernilai Rp 200 per lembar pada tanggal 2 Januari 2009. Tn. Amir membeli 5 lot(=2500 lembar). Pada tanggal 10 Januari 2009 nilai saham tersebut naik menjadi Rp 300 per lembar. Amir menjual saham tersebut pada tanggal 10 Januari 2009.
Dari ilustrasi diatas kita ketahui Tuan Amir mendapatkan keuntungan. Berapakah keuntungannya ?
Berapakah keuntungannya ? Mari kita hitung bersama.
Tanggal 2 Januari 2009 harga saham Rp 200. Dibeli 5 lot.
Total harga saham = 5 lot x 500 lembar/lot x Rp 200 = Rp 500.000,-
Tanggal 10 Januari 2009 harga saham menjadi Rp 300. Tn. Amir menjual saham tersebut.
Total harga penjualan saham = 5 lot x 500 lembar/lot x Rp 300 = Rp 750.000,-
Laba bersih atas penjualan saham oleh Tn. Amir = Rp 750.000 - 500.000 = Rp 250.000,-
Sejak 1 Mei 2009, Bursa Efek Indonesia(BEI) mengijinkan kontrak Sell bagi perdagangan saham.
Jika diketahui harga saham akan turun kita bisa melakukan posisi Sell.
Katakanlah Tn Amir pada tanggal 1 Maret 2009 melakukan order posisi Sell saham C 10 lot seharga Rp 1000 per lembar.
Dan ternyata memang betul, pada 1 Mei 2009 harga saham C melorot hingga separuhnya yaitu Rp 500.
Dari transaksi ini kita dapat mengambil kesimpulan Tn. Amir mendapat keuntungan signifikan akibat penurunan saham C.
1 Maret 2009, dijual saham C 10 lot seharga Rp 1000. Harga kontrak adalah : 10 lot x 500 (lembar/lot) x Rp 1000 = Rp 5.000.000,-
1 Mei 2009, saham C di tutup(close Buy) di harga Rp 500. Harga penutupan 10 lot x 500 (lembar/lot) x Rp 500 = Rp 2.500.000,-
Keuntungan yang diperoleh Tn Amir karena transaksi jual mahal beli murah adalah : Harga kontrak awal - Harga Kontrak akhir = Rp 5 jt - 2,5 jt = Rp 2,5 jt = Rp 2.500.000,-
Post a Comment for " "